Sabtu, 11 Oktober 2014

Zaman atau Masa Perundagian



A. Pengertian
            Masa perundagian terjadi ketika masa prasejarah. Perundagian adalah tempat di mana orang – orang yang ahli dalam membuat barang – barang atau alat – alat dari logam. Logam  disebut juga undagi.
Dalam perkembangan teknologi awal, masyarakat awal Indonesia mulai mengenal peralatan – peralatan atau benda – benda yang berasal dari logam, berupa logam campuran yang disebut logam perunggu. Logam perunggu ini merupakan campuran antara logam tembaga dengan logam timah. Hal ini dibuktikan dengan penemuan benda – benda yang berasal dari perunggu di beberapa wilayah di Indonesia.

B. Ciri-ciri zaman perundagian :
·         Sudah terbentuk kelompok-kelompok kerja dalam bidang pertukangan.
·         Adanya status keanggotaan masyarakat yang didasarkan pada tingkat kekayaan.
·         Sudah mengenal teknik pengolahan logam, sehingga alat-alat upacara, senjata, dan peralatan kerja yang digunakan dibuat dari tembaga, perunggu, dan besi.
·         Mereka sudah membuat perhiasan dari emas.
·         Tempat-tempat ibadah digunakan untuk memuja roh nenek moyang, terbuat dari batu- batu besar.
·         Kepercayaan mereka adalah Animisme dan Dinamisme.

 C. Alat, Bahan dan Pembuatan
            Benda – benda yang terbuat dari perunggu ada yang dibuat di wilayah Indonesia oleh masyarakat Indonesia sendiri dengan penemuan alat – alat cetak untuk membuat berbagai perkakas. Bahkan cara pembuatan benda – benda dari perunggu yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia menggunakan cara – cara yang sangat sederhana seperti alat cetak yang terbuat dari batu atau tanah liat.
            Alat cetak dari tanah liat itu terlebih dulu dibentuk dengan lilin sesuai dengan barang yang akan dibuat, kemudian dibalut dengan tanah liat. Selanjutnya tanah liat dibakar hingga lilin mencair. Setelah cetakan tersebut terbentuk, maka dituangkan logam cair ke dalamnya. Saat logam membeku dan benda yang diinginkan terbentuk, maka tanah liat itu kemudian dilepaskan. Dapat didimpulkan bahwa seiring dengan mulai dikenalnya logam, pola pikir dan teknologi manusia juga berkembang.

D. Benda -  benda Peninggalan Bangsa Indonesia yang Terbuat dari Logam
            1) Bejana Manusia Purba Masa perundagian
                        Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.

            2) Nekara Manusia Purba Masa perundagian
                    Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi.

                         Beberapa tempat ditemukannya nekara yaitu Bali, Sumatra, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor, dan Kepulauan Kei. Di Bali ditemukan nekara yang bentuknya besar dan masyarakat di sana mempercayai bahwa benda itu jatuh dari langit.Nekara tersebut disimpan di sebuah pura (kuil) di desa Intaran daerah Pejeng. Puranya diberi nama Pura Panataran Sasih (bulan). Di Alor banyak ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang. Nekara ini disebut moko. Hiasan-hiasan yang ada pada nekara di Alor ini bergambar, bentuk hiasannya ada yang merupakan hiasan jaman Majapahit. Hubungan antarwilayah di Indonesia diperkirakan sudah terjadi pada masa perundagian dengan ditemukannya nekara. Hal ini dapat dilihat dari Nekara yang berasal dari Selayar dan Kepulauan Kei dihiasi gambar-gambar gajah, merak, dan harimau. Sedangkan binatang yang tercantum pada nekara tersebut tidak ada di di daerah itu. Hal ini menunjukkan bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat atau dari benua Asia.
        Hal yang menarik lagi ditemukannya nekara di Sangean. Nekara yang ditemukan di daerah ini bergambar orang menunggang kuda beserta pengiringnya yang memakai pakaian orang Tartar. Dengan adanya gambar tersebut menunjukkan terjadi hubungan bangsa Indonesia pada saat itu dengan Cina. Jadi, hubungan antara Indonesia dengan Cina sudah ada sejak zaman perunggu.
 
            3) Kapak corong Manusia Purba Masa perundagian
                         Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam corong itu dimasukkan tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Kapak tersebut disebut juga kapak sepatu, karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya. Ukuran kapak kecil itu beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, besar memakai hiasan, pendek besar, bulat, dan panjang sisinya. Ada kapak corong yang satu sisinya disebut candrasa. Tempat ditemukannya kapak tersebut yaitu di Sumatra Selatan, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, pulau Selayar, dan Irian dekat danau Sentani.

                         Kapak yang beragam bentuknya tersebut, tidak semua digunakan sebagaimana layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional. Selain itu, kapak juga digunakan sebagai barang seni dan alat upacara, seperti candrasa. Di Yogyakarta, ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan gambar seekor burung terbang sambil memegang candrasa.


            4) Perhiasan Manusia Purba Masa perundagian
                         Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung. Bendabenda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali.
                         Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk upacara, bekal orang yang meninggal (disimpan dalam kuburan), dan alat tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan.
                    Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.

 
            5) Perunggu Manusia Purba Masa perundagian
          Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang (Provinsi Riau), Lumajang, Palembang, dan Bogor.


E. Sistem kepercayaan Manusia Purba Masa perundagian
                        Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu. Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang-barang mewah.
            Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.

1.      Animisme
      Dalam kepercayaan Animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa suatu benda memiliki kekuatan “Supranatural” atau dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdo’a dengan ‘Mantera dan memberi Sesajen atau Persembahan’.

2.      Dinamisme
      Kepercayaan Dinamisme ini perpanjangan dari Animisme. Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami beberapa tempat, misalnya: hutan belantara, hutan luar, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu besar, dll.. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan yang gaib,, yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan Dinamisme (Dinamis berarti bergerak).
      Manusia purba percaya bahwa misalnya pada batu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang.
      Dikemudian hari, kepercayaan Animisme dan Dinamisme mendorong manusia menemukan kekuatan roh dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta.
      Kekuatan gaib tersebut diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak dapat diganggu gugat, yakni; hukum alam. Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batin spiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan Animisme dan Dinamisme ini kemudian berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam.

F. Fakta / Perkembangan zaman perundagian di berbagai bidang
a)     Kehidupan Sosial
·      Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;
·      Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
·      Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
·      Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
·      Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu;
·      Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.

b)   Kehidupan Budaya
·      Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi;
·      Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
·      Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.;
·      Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;
·      Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.

c) Teknologi
·      Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;
·      Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;
·      Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut :
o  Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya;
o  Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah.
o  Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
o  Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
o  Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.


d) Penduduk
                Manusia yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini dapat diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dan berbagai tempat, antara lain di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur. Pada masa perundagian ini perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan pertanian, dan mereka kemudian mulai mengadakan aktivitas perdagangan.

5 komentar:

  1. DAFTAR PUSTAKA



    http://belamerdianingsih19.wordpress.com/2011/03/06/materi-masa-perundagian/

    http://budisma.web.id/kehidupan-manusia-purba-masa-perundagian.html

    http://historyspendelbontang.blogspot.com/2012/08/bab-iii-perkembangan-kehidupan-pada_15.html

    http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/masa-perundagian-manusia-di-indonesia-kehidupan-sosial-budaya-alat-kepercayaan.html

    http://nchistoriaedu26.wordpress.com/sejarah/kehidupan-sosial-kebudayaan-dan-teknoogi-masa-prasejarah-di-indonesia/

    http://rajinbelajar.net/masa-perundagian#.Ui9F2ayE8wo

    BalasHapus
  2. makasih banget yaaa

    berguna bangett

    BalasHapus
  3. makasih banget yaaa

    berguna bangett

    BalasHapus
  4. trimakasihh sekalii. sangatt membantu. semoga blognya dapat berkembang lebih baik lagii:))

    BalasHapus
  5. Walaupun baru baca sekarang, tapi sangat rinci,lengkap, dan bagus...
    Tingkatkan lagi ya kak...

    BalasHapus