A.
Pengertian
Masa
perundagian terjadi ketika masa prasejarah. Perundagian adalah tempat di mana
orang – orang yang ahli dalam membuat barang – barang atau alat – alat dari
logam. Logam disebut juga undagi.
Dalam perkembangan teknologi
awal, masyarakat awal Indonesia mulai mengenal peralatan – peralatan atau benda
– benda yang berasal dari logam, berupa logam campuran yang disebut logam
perunggu. Logam perunggu ini merupakan campuran antara logam tembaga
dengan logam timah. Hal ini dibuktikan dengan penemuan benda – benda yang berasal
dari perunggu di beberapa wilayah di Indonesia.
B. Ciri-ciri zaman perundagian :
·
Sudah
terbentuk kelompok-kelompok kerja dalam bidang pertukangan.
·
Adanya
status keanggotaan masyarakat yang didasarkan pada tingkat kekayaan.
·
Sudah
mengenal teknik pengolahan logam, sehingga alat-alat upacara, senjata, dan
peralatan kerja yang digunakan dibuat dari tembaga, perunggu, dan besi.
·
Mereka
sudah membuat perhiasan dari emas.
·
Tempat-tempat
ibadah digunakan untuk memuja roh nenek moyang, terbuat dari batu- batu besar.
·
Kepercayaan
mereka adalah Animisme dan Dinamisme.
C. Alat, Bahan dan
Pembuatan
Benda
– benda yang terbuat dari perunggu ada yang dibuat di wilayah Indonesia oleh
masyarakat Indonesia sendiri dengan penemuan alat – alat cetak untuk membuat
berbagai perkakas. Bahkan cara pembuatan benda – benda dari perunggu yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia menggunakan cara – cara yang sangat
sederhana seperti alat cetak yang terbuat dari batu atau tanah liat.
Alat
cetak dari tanah liat itu terlebih dulu dibentuk dengan lilin sesuai dengan
barang yang akan dibuat, kemudian dibalut dengan tanah liat. Selanjutnya tanah
liat dibakar hingga lilin mencair. Setelah cetakan tersebut terbentuk, maka
dituangkan logam cair ke dalamnya. Saat logam membeku dan benda yang diinginkan
terbentuk, maka tanah liat itu kemudian dilepaskan. Dapat didimpulkan bahwa
seiring dengan mulai dikenalnya logam, pola pikir dan teknologi manusia juga
berkembang.
D.
Benda - benda Peninggalan Bangsa Indonesia yang Terbuat dari Logam
1) Bejana Manusia Purba
Masa perundagian
Bentuk bejana perunggu
seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa
pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
2) Nekara Manusia Purba
Masa perundagian
Nekara ialah semacam
berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya
tertutup. Pada nekara terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hias yang
dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan
laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang
demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi.
Beberapa tempat ditemukannya nekara yaitu Bali, Sumatra,
Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor, dan Kepulauan Kei. Di Bali ditemukan nekara
yang bentuknya besar dan masyarakat di sana mempercayai bahwa benda itu jatuh
dari langit.Nekara tersebut disimpan di sebuah pura (kuil) di desa Intaran
daerah Pejeng. Puranya diberi nama Pura Panataran Sasih (bulan). Di Alor banyak
ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang. Nekara ini disebut moko.
Hiasan-hiasan yang ada pada nekara di Alor ini bergambar, bentuk hiasannya ada
yang merupakan hiasan jaman Majapahit. Hubungan antarwilayah di Indonesia
diperkirakan sudah terjadi pada masa perundagian dengan ditemukannya nekara.
Hal ini dapat dilihat dari Nekara yang berasal dari Selayar dan Kepulauan Kei
dihiasi gambar-gambar gajah, merak, dan harimau. Sedangkan binatang yang
tercantum pada nekara tersebut tidak ada di di daerah itu. Hal ini menunjukkan
bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat atau dari benua Asia.
Hal yang menarik lagi ditemukannya
nekara di Sangean. Nekara yang ditemukan di daerah ini bergambar orang
menunggang kuda beserta pengiringnya yang memakai pakaian orang Tartar. Dengan
adanya gambar tersebut menunjukkan terjadi hubungan bangsa Indonesia pada saat
itu dengan Cina. Jadi, hubungan antara Indonesia dengan Cina sudah ada sejak
zaman perunggu.
3) Kapak corong Manusia Purba
Masa perundagian
Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atasnya
berbentuk corong yang sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam
corong itu dimasukkan tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Kapak
tersebut disebut juga kapak sepatu, karena hampir mirip dengan sepatu
bentuknya. Ukuran kapak kecil itu beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana,
besar memakai hiasan, pendek besar, bulat, dan panjang sisinya. Ada kapak
corong yang satu sisinya disebut candrasa. Tempat ditemukannya kapak
tersebut yaitu di Sumatra Selatan, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, pulau
Selayar, dan Irian dekat danau Sentani.
Kapak yang beragam bentuknya tersebut, tidak semua digunakan
sebagaimana layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional. Selain
itu, kapak juga digunakan sebagai barang seni dan alat upacara, seperti
candrasa. Di Yogyakarta, ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan
gambar seekor burung terbang sambil memegang candrasa.
4) Perhiasan Manusia Purba Masa
perundagian
Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup
terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang
ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung.
Bendabenda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang
diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik.
Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat
tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa
dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda tersebut
antara lain Bogor, Malang, dan Bali.
Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa
perundagian yaitu manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan
untuk upacara, bekal orang yang meninggal (disimpan dalam kuburan), dan alat
tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan.
Pada
zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah
dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang dibakar.
Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat,
segi enam, oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah yang merupakan
tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor, Sangiran, Pasemah,
Gilimanuk, dan Besuki.
5) Perunggu Manusia Purba Masa
perundagian
Pada
masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu.
Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung
yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi
manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan
sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca kerbau yang
sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan kuda dengan pelana. Tempat ditemukan
arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang (Provinsi Riau), Lumajang, Palembang,
dan Bogor.
E. Sistem kepercayaan
Manusia Purba Masa perundagian
Pada masa perundagian memiliki
sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek
kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal
yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada
masa perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya
terbuat dari bahan perunggu. Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia
pada zaman perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal.
Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara orang
yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu
dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara yang dilakukan dengan cara
diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa,
upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang-barang
mewah.
Upacara
sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan. Mereka melakukan
upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata
pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang
dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan
oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa
pantai. Penguasa inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya.
Sedang di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada
kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.
1. Animisme
Dalam kepercayaan Animisme, manusia
mempunyai anggapan bahwa suatu benda memiliki kekuatan “Supranatural” atau
dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta pertolongan pada saat
diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau kekuatan hebat.
Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati suatu
tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdo’a
dengan ‘Mantera dan memberi Sesajen atau Persembahan’.
2. Dinamisme
Kepercayaan Dinamisme ini perpanjangan
dari Animisme. Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia
yang meninggal, kemudian mendiami beberapa tempat, misalnya: hutan belantara,
hutan luar, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon
besar, batu-batu besar, dll.. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan
yang gaib,, yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan
yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan Dinamisme
(Dinamis berarti bergerak).
Manusia purba percaya bahwa misalnya pada
batu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus,
sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan
air kembang.
Dikemudian hari, kepercayaan Animisme dan
Dinamisme mendorong manusia menemukan kekuatan roh dan makhluk halus dan alam.
Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan
tunggal yang mendominasi kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam
semesta.
Kekuatan gaib tersebut diyakini memiliki keteraturan
sendiri yang tak dapat diganggu gugat, yakni; hukum alam. Kepercayaan terhadap
“Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batin spiritual
sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan Animisme dan Dinamisme ini kemudian
berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam.
F. Fakta / Perkembangan
zaman perundagian di berbagai bidang
a) Kehidupan Sosial
· Jumlah
penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan
peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak
mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;
· Mereka
memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat
memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
· Dengan
diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
· Dalam
masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil
untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda
logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
· Dari
segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada
pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing
individu;
· Pembagian
kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga
berdagang di pasar.
b) Kehidupan Budaya
· Masyarakat
zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai
bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat
perundagian yang tinggi;
· Zaman
ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan
teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu,
semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
· Pada
zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada
tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih
tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan
pencampuran logam.;
· Pada
zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana
harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada
zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat
benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem
pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;
· Pada
zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang
semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut
tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
·
Teknologi dapat dilihat dari pembuatan
alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa
penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang
digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat
logam di daratan Cina;
·
Logam digunakan sebab penggunaan alat
bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang
lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;
·
Zaman logam disebut juga zaman
perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi
sederhana dengan bahan baku logam;
Teknik
yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya
sebagai berikut :
o
Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu
dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya;
o
Model lilin tersebut kemudian ditutup
dengan tanah.
o
Dengan cara dipanaskan maka tanah
tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar
dari lubang yang ada dalam selubung;
o
Jika lilin telah habis maka logam cair
dapat dituang ke tempat lilin tadi;
o
Setelah dingin, selubung tanah dipecah
dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.
d) Penduduk
Manusia yang
bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini dapat diketahui dari berbagai
penemuan sisa-sisa rangka dan berbagai tempat, antara lain di Anyer Utara Jawa
Barat, Puger Jawa Timur, gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur. Pada masa
perundagian ini perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan
pertanian, dan mereka kemudian mulai mengadakan aktivitas perdagangan.
DAFTAR PUSTAKA
BalasHapushttp://belamerdianingsih19.wordpress.com/2011/03/06/materi-masa-perundagian/
http://budisma.web.id/kehidupan-manusia-purba-masa-perundagian.html
http://historyspendelbontang.blogspot.com/2012/08/bab-iii-perkembangan-kehidupan-pada_15.html
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/masa-perundagian-manusia-di-indonesia-kehidupan-sosial-budaya-alat-kepercayaan.html
http://nchistoriaedu26.wordpress.com/sejarah/kehidupan-sosial-kebudayaan-dan-teknoogi-masa-prasejarah-di-indonesia/
http://rajinbelajar.net/masa-perundagian#.Ui9F2ayE8wo
makasih banget yaaa
BalasHapusberguna bangett
makasih banget yaaa
BalasHapusberguna bangett
trimakasihh sekalii. sangatt membantu. semoga blognya dapat berkembang lebih baik lagii:))
BalasHapusWalaupun baru baca sekarang, tapi sangat rinci,lengkap, dan bagus...
BalasHapusTingkatkan lagi ya kak...