A.
Penyebaran Islam ke Indonesia
Berbagai teori perihal masuknya
Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai
kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga temautama, yakni
tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Mengenai
tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan
parasejarawan terdapat beberapa pendapat.
Jikalau Ahli Sejarah Barat
beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad
13 adalah tidak benar, Hamka berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah
Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah
bermukimdi pantai Barat Sumatra (Barus).
Pada saat nanti wilayah Barus ini
akan masuk kewilayah kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 674 M, semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bi Affan,
memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa
yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam
ini adalah raja Jay Sima putra ratu Sima dari Kalingga masuk
Islam. Pada tahun 718 M, Raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga
masuk Islam pada masa kholifah Umar binAbdul Aziz (Dinasti Umayyah).
B.
Jalur Masuknya Islam ke Indonesia
Masuk
dan berkembangnya Islam di Indonesia terjadi secara damai. Kemudian para ahli
menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari segi peta perjalanannya,
melalui dua jalur, yaitu
1.
Jalur
Utara
Arab à Damaskus à
Baghdad à Gujarat à
Srilangka àIndonesia.
2.
Jalur
Selatan
Arab à Yaman
(Hadralmaut) à Srilangka à Indonesia.
Mula-mula daerah masuk Islam
pertama kali adalah Samudra Pasai (Aceh Utara) dan Pantai Barat Pulau Sumatra
yang selanjutnya menyebar ke berbagai daerah, yaitu :
1. Pariaman di Sumatra Barat, pembawanya adalah Syekh
Burhanuddin seorang melayu.
2. Gresik dan Tuban, pembawanya adalah Maulana Malik Ibrahim
pedagang bangsa Hadralmaut.
3. Demak, pembawanya adalah Raden Fattah dan pendirinya adalah
para walisongo.
4. Cirebon, penyebar dan pendirinya adalah Syekh Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
5. Palembang, penyebarnya adalah Raden Rahmat.
6. Banjar, pembawanya adalah mubaligh dari Johor Malaysia.
7. Makassar, pembawanya adalah Datuk Ri Bandang.
8. Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo di Maluku Utara.
Penyebarnya adalah Syekh Mansur dari Arab dan Maulana Husein dari Gresik.
9. Sorong di Irian Jaya, penyebarnya adalah mubaligh-mubaligh
dari daerah-daerah yang telah masuk Islam.
C. Beberapa Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak
berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi,
lambat-laun, dan sangat beragam. Menurut para sejarawan, teoriteori tentang
kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi menjadi:
1. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan
bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab.
Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang
memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA,
salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan
pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis
Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan
para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak
langsung dari Arab.
Bahan argumentasi yang
dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber local Indonesia dan sumber Arab.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilainilai
ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam
pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah
berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori
HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia
malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang
cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan
upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu
tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai
sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan
HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang
pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan.
Pandangan HAMKA ini
hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang
mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan
islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke
tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
2. Teori Gujarat
Teori
Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India
bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori
ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan
teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19.
Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan
Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam
ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan
pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur,
termasuk Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel
ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck
Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota
pelabuhan Anak Benua India. Orangorang Gujarat telah lebih awal membuka
hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam
pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya.
Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang
menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P.
Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan
Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai,
Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang
wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan
yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu
nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat
atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya
adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan
Indonesia.
3.
Teori
Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses
kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini
Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan
asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan
analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat
Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10
Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali,
cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di
Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab
yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.
Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak
kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah
dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum
oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan
ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial.
Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu
ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan
Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia
menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
4.
Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan
Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang
Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal
di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur
dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam
telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto
Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut
kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam
pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori
Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal
(babad dan hikayat), dapat diterima.
Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut
ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak,
merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian
selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat
Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan
menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun
Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan
merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan
dengan Rusia.
Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua
yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di
berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad
ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki
pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina.
Semua teori di atas masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang
jelas dalam masing-masing teori tersebut. Meminjam istilah Azyumardi Azra,
sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas; artinya
tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu
yang bersamaan.
D.
Metode-Metode Masuknya Islam ke
Indonesia
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya islam
masuk di Indonesia dibawa oleh pedagang asing yang singgah di Indonesia
sehingga bisa disimpulkan masuknya islam di Indonesia dilakukan dengan cara
damai atau tanpa ada penumpahan darah.
1.
Saluran
perdagangan
Masuknya pedagang-pedagang asing di kepulauan
Indonesia seperti arab. Cina, Persia dan India merupakan awal mula masuknya
islam di Indonesia yaitu bermula dari bermukimnya para pedagang asing di
pesisir jawa yang penduduknya masih kafir. Hingga akhirnya mereka mampu
mendirikan masjid-masjid dan pemukiman-pemukiman muslim.
2. Saluran perkawinan
Dilihat dari sudut ekonomi, para
pedagang muslim memiliki status sosial lebih baik dari pada pribumi Indonesia
sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang tertarik denan para
pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan bangsawan. Proses
islamisasi ini dilakukan sebem adanya pernikahan yang kemudian dilanjutkan
dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka mempunyai keturunan dan
mampu membuat daerah-daerah atau bahkan kerajaan-kerajaan islam.
Jalur perkawinan ini lebih
menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau
anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan adipati dapat mempercepat
proses masuknya islam di Indonesia.
Demikianlah yang terjadi antara
raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai manila. Sunan gunung jati dengan
putrid kaunganten. Brawijaya dengan putri campa yang menurunkan raden fatah (
raja pertama demak ).
3. Saluran tasawuf
Pengajar-pengajar tasawauf atau para
sufi, mengajarkan teosofi yangb bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas
oleh masyarakat Indonesia. Mereka mempunyai kemampuan dan kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan
setempat . dengan ilmu tasawufnya mereka mengajarkan islam kepada pribumi yang
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yangb se4belumnya menganut agama
hindu, sehingga agama baru itu mudah dimenerti dan di terima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam
pikiran Indonesia pra islam itu adalah Hamzah Fansuri di aceh, syeh lemah
abang, dan sunan panggung di jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang
di Indonesia di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui
pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggaakan oleh guru-guru agama,
kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru
agama, dam kiai mendapat pendidikan agama. Setelah kelua dari pesantren, mereka
pulang ke kampung masing-masing kemudian mereka berdakwah ketempat tertentu
mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh raden rahmat di
Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren giri ini banyak
yang di undang ke maluku untuk mengajarkan agama islam.
5. Saluran kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian
yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga
adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah
meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari
cerita mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran
dan nama-nama pahlawan islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat
islamisasi, seperti sastra ( hikayat, babad, dan sebagainya ), seni bangunan
dan seni ukir.
6. Saluran politik
Di maluku dan sulawesi selatan,
kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya islam didaerah ini. Di
samping itu, baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan
non-islam. Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan bukan islam itu masuk islam.
E. Faktor Pendukung Islam Cepat
Berkembang di Indonesia
Beberapa hal menyebabkan agama Islam terus berkembang pesat
di Indonesia diantaranya sebagai berikut:
1.
Adanya perkawinan antara pedagang Arab, Persia,
dan Gujarat dengan
penduduk
Indonesia.
2. Adanya
sistem pendidikan pondok pesantren.
3.
Gigihnya para da'i atau mubaligh dalam menyebarluaskan Islam
4. Metode
penyampaiannya mengena dihati masyarakat, sebab disesuikan dengan latar
belakang kebudayaan yang dimiliki, misalnya:
a.
Wayang kulit
b.
seni bangunan, dan
c.
seni karawitan/seni gamelan
Ajaran sederhana, mudah dimengeri
dan diterima. Syarat memeluk Islam mudah, yaitu dengan mengucapkan Kalimat
Syahadat. Didalam agama Islam tidak mengenal sistem kasta. Upacara keagamaan
cukup sederhana, tidak memerlukan banyak biaya. Seiring surutnya kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit memungkinkan tersebarnya agama Islam.
F. Corak
dan Perkembangan Islam di Indonesia
1. Masa Kesulthanan
Untuk
melihat lebih jelas gambaran keislaman di kesultanan atau kerajaan-kerajaan
Islam akan di uraikan sebagai berikut.
Di
daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha seperti
daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera dan Banten di Jawa, Agama Islam
secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, sosial dan politik
penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah
menunjukkan di dalam bentuk yang lebih murni.
Di
kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam selanjutnya
tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas dan
kemudahan-kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada kehidupan masyarakat
Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Secara konkrit, kehidupan keagamaan
di kerajaan banjar ini diwujudkan dengan adanya mufti dan qadhi atas jasa
Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di
kerajaan ini, telah berhasil pengodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya
berorientasi pada hukum islam yang dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam
Undang-Undang ini timbul kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan Mahkamah
Agung sekarang yang bertugas mengontrol dan kalau perlu berfungsi sebagai
lembaga untuk naik banding dari mahkamah biasa.Tercatat dalam sejarah Banjar,
di berlakukannya hukum bunuh bagi orang murtad, hukum potong tangan
untuk pencuri dan mendera bagi yang kedapatan berbuat zina.
Pada
akhirnya kedudukan Sultan di Banjar bukan hanya pemegang kekuasaan dalam
kerajaan, tetapi lebih jauh diakui sebagai Ulul amri kaum Muslimin di seluruh
kerajaan itu. Untuk memacu penyabaran agama Islam, didirikan sebuah organisasi
yang Bayangkare Islah (pengawal usaha kebaikan). Itulah organisasi pertama yang
menjalankan program secara sistematis sebagai berikut:
a. Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi beberapa wilayah kerja
para wali.
b. Guna memadu penyebaran agama Islam, hendaklah di usahakan
agar Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu dengan yang lainnya.
c. Hendaklah di bangun sebuah mesjid yang menjadi pusat
pendidikan Islam.
Dengan kelonggaran-kelonggaran
tersebut, tergeraklah petinggi dan penguasa kerajaan untuk memeluk agama Islam.
Bila penguasa memeluk agama Islam serta memasukkan syari’at Islam ke daerah
kerajaannya, rakyat pun akan masuk agama tersebut dan akan melaksanakan
ajarannya. Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah
kekuasaannya. Ini seperti ketika di pimpin oleh Sultan Agung.
Ketika Sultan Agung masuk Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan
Mataram ikut pula masuk Islam seperti kerajaan Cirebon, Priangan dan lain
sebagainya. Lalu Sultan Agung menyesuaikan seluruh tata laksana kerajaan dengan
istilah-istilah keislaman, meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan arti
sebenarnya.
2.
Masa
Penjajahan
Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relative
damai itu, datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol,
di susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan
Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.
Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk
menjalinkan hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi tuan bagi
bangsa Indonesia.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi
menjadi penasehat urusan pribumi dan Arab, pemerintah Hindia-Belanda lebih
berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck
mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh.
Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di
Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori,
yaitu:
a.
Bidang agama murni
atau ibadah;
b. Bidang sosial kemasyarakatan; dan
c.
Politik.
Terhadap bidang agama murni,
pemerintah colonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan
ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
Dalam bidang kemasyarakatan,
pemerintah memamfaatkan adat kebiasaan yang berlaku sehingga pada waktu itu
dicetuskanlah teori untuk membatasi keberlakuan hukum Islam, yakni teori
reseptie yang maksudnya hukum Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak
bertentangan dengan alat kebiasaan. Oleh karena itu, terjadi kemandekan hukum
Islam.
Sedangkan dalam bidang politik,
pemerintah melarang keras orang Islam membahas hukum Islam baik dari Al-Qur’an
maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.
3. Gerakan dan organisasi Islam
Akibat dari “resep politik
Islam”-nya Snouck Hurgronye itu, menjelang permulaan abad xx umat Islam
Indonesia yang jumlahnya semakin bertambah menghadapi tiga tayangan dari
pemerintah Hindia Belanda, yaitu: politik devide etimpera, politik penindasan
dengan kekerasan dan politik menjinakan melalui asosiasi.
Untuk sementara pihak pemerintah
colonial berhasil mencapai sasarannya, yakni beberapa golongan Islam dapat di
pecah-belah, perlawanan dapat dipatahkan dengan kekerasan senjata, sebagian
besar golongan Islam yang di pedalaman dapat terus diisolasi dalam alam ketakhayulan
dan kemusyrikan, dan sebagian lagi memasuki aparatur kepegawaian colonial
rendahan.
Namun, ajaran Islam pada hakikatnya
terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja. Dengan pengalaman tersebut,
orang Islam bangkit dengan menggunakan taktik baru, bukan dengan perlawanan
fisik tetapi dengan membangun organisasi. Oleh karena itu, masa terakhir
kekuasaan Belanda di Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya kesadaran berpolitik
bagi bangsa Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi, dampak
dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan Islam di Mesir.
Akibat dari situasi ini, timbullah
perkumpulan-perkumpulan politik baru dan muncullah pemikir-pemikir politik yang
sadar diri. Karena persatuan dalam syarikat Islam itu berdasarkan ideologi
Islam, yakni hanya orang Indonesia yang beragama Islamlah yang dapat di terima
dalam organisasi tersebut, para pejabat dan pemerintahan (pangreh praja)
ditolak dari keanggotaan itu.
Persaingan antara partai-partai
politik itu mengakibatkan putusnya hubungan antara pemimpin Islam, yaitu santri
dan para pengikut tradisi Jawa dan abangan. Di kalangan santri sendiri, dengan
lahirnya gerakan pembaruan Islam dari Mesir yang mengompromikan rasionalisme
Barat dengan fundamentalisme Islam, telah menimbulkan perpecahan sehingga sejak
itu dikalangan kaum muslimin terdapat dua kubu: para cendekiawan Muslimin
berpendidikan Barat, dan para kiayi serta Ulama tradisional.
Selama pendudukan jepang, pihak
Jepang rupanya lebih memihak kepada kaum muslimin dari pada golongan nasionalis
karena mereka berusaha menggunakan agama untuk tujuan perang mereka. Oelh
karena itu, ada tiga prantara politik berikut ini yang merupakan hasil bentukan
pemerintah Jepang yang menguntungkan kaum muslimin.
1. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor
Urusan Pribumi zaman Belanda.
2. Masyumi,
yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia menggantikan MIAI yang
dibubarkan pada bulan oktober 1943.
3. Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam
organisasi militer untuk pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul
Arifin.
G. Tersiarnya Islam di
Indonesia
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, agama Hindu dan
Budha telah berkembang luas di nusantara ini, disamping banyak yang masih menganut
animism dan dinamisme, kedua agama itu kian lama kian pudar cahayanya dan
akhirnya kedudukannya sepenuhnya diganti oleh agama Islam yang kemudian menjadi
anutan 85 hingga 95% rakyat Indonesia. Sebab-sebab sangat pesat dan cepat
tersiarnya Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Terutama sekali faktor agama Islam (aqidah, syariah dan
akhlak islam) sendiri yang lebih banyak “berbicara” kepada segenap lapisan
masyarakat Indonesia.
2. Faktor para mujtahid dakwah yang banyak terdiri atas para
saudagar yang taraf kebudayaannya sudah tinggi, yang telah berhasil membawakan
Islam dan segala kebijaksanaan kemahiran dan keterampilan
3. Ajaran Islam tentang dakwah untuk menyampaikan ajaran Allah
walaupun sekedar satu ayat kepada segenap manusia di seluruh pelosok bumi telah
menjadikan segenap kaum muslimin menjadi umat dakwah.
4. Baik agama Hindu maupun Budha pada umumnya dipeluk oleh
orang-orang keraton yang pada saat mulai tersebarnya Islam antara raja yang
satu dengan yang lainnya terlibat dalam perselisihan.
5. Pernikahan antara para penyebar Islam dan orang-orang yang
baru di islamkan melahirkan generasi pelanjut yang menganut dan menyebarkan
Islam.
H. Pengaruh Islam terhadap Peradaban
Bangsa Indonesia
1. Peradaban
dan Agama Masyarakat Indonesia Sebelum Kedatangan Islam
Secara geografis, wialayah Indonesia
termasuk ke dalam kawasan Asia Tenggara. Masyarakat di wilayah ini telah
memiliki peradaban yang tinggi sebelum kedatangn Islam. Hal itu disebabkan
karena wilayah Asia Tenggara merupakan Negara-negara yang memiliki kesamaan budaya
dan agama.
Bangsa Indonesia dalam sejarahnya
telah mengenal tulisan yang diajarkan oleh para penyebar agama Hindu dan
Budha.pengaruh ini telah berlangsung cukup lama, mungkin sejak abad ke-6 atau
ke-7 M sampai abad ke-14 dan ke-15 M. pengaruh Hinduisme dan Budhisme membawa
perubahan besar, terutama dalam sistem pemerintahan.
Bukti dari pengaruh agama Hindu dan
Budha bagi masyarakat Indonesia dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan
suci untuk peribadatan, seperti candi-candi, ukiran, dan sebagainya. Semua
bangunan itu merupakan perpaduan antara seni bangunan zaman megalithicum,
seperti punden berundak-undak.ukiran dan relief yang terdapat di dalamnya
menggambarkan kreatifitas bangsa Indonesia.
2. Pengaruh Islam terhadap Peradaban
Bangsa Indonesia dan Perkembangannya
Islam sebagai agama baru yang dianut
sebagian masyarakat Indonesia, telah banyak memainkan peranan penting dalam
berbagai kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Peranan itu dapat
dilihat dari perkembangan Islam dan pengaruhnya di masyarakat Indonesia sangat
luas, sehingga agak sulit untuk memisahkan antara kebudyaan local dengan
kebudayaan Islam.
Masuknya kebudayaan Islam dalam
kebudayaan nasional, meliputi bahasa, nama, adat istiadat dan kesenian.
a.
Pengaruh Bahasa dan Nama
Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional banyak terpengaruh dari bahasa Arab. Bahasa ini sudah begitu menyatu
dalam lidah bangsa Indonesia. Tidak hanya dalam bahasa komunikasi sehari-hari,
bahakan dipergunakan pula dalam bahasa surat kabar, dan sebagainya.
Pengaruh Islam dalam bidang nama,
sungguh banyak sekali. Banyak tokoh dan bukan tokoh masyarakat menggunakan nama
berdasarkanpada bahasa Arab,yang merupakan bahasa simbol pemersatu Islam. Semua
itu bukti adanya pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia.
b.
Pengaruh Adat
Istiadat
Adat istiadat yang ada dan
berkembang di Indonesia banyak dipengaruhi oleh peradaban Islam. Diantara
pengaruh itu adalah ucapan salam kepada setiap muslim yang dijumpai, atau
penggunaannya dalam acara-acara resmi pemerintahan.
Pengaruh lainnya adalah berupa
ucapan-ucapan kalimat penting dalam do’a. yang merupakan pengaruh dari tradisi
Islam yang lestari.
c.
Pengaruh Dalam
Kesenian dan Bangunan Ibadah
Pengaruh kesenian yang paling
menonjol dalam hal ini terlihat dalam irama qasidah dan lagu-lagu yang
bernafaskan ajaran Islam. Syair pujian yang mengagungkan nama-nama Allah yang
sering diucapkan oleh umat Islam, merupakan bukti pengaruh ajaran Islam
terhadap kehidupan beragama masyarakat Islam Indonesia.
Begitu pula pengaruh dalam bidang
bangunan peribadatan. Banyak bangunan mesjid yang ada di Indonesia, terpengaruh
dari bangunan mesjid yang ada di Negara-negara Islam, baik yang ada di Timur
Tengah ataupun di tempat-tempat lainnya di dunia Islam.
d.
Pengaruh Dalam
Bidang Politik
Ketika kerajaan-kerajaan Islam
mengalami masa kejayaannya, banyak sekali undur politik Islam yang berpengaruh
dalam system politik pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam tersebut. Misalnya
tentang konsep khalifatullah fil ardi dan dzilullah fil ardi. Kedua konsep ini
diterapkan pada masa pemerintahan kerajaan Islam Aceh Darussalam dan kerajaan
Islam Mataram.
Kebanyakan penduduk negara kita
beragama Islam. Para ahli berpendapat bahwa agama Islam mulai masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 M. Agama dan kebudayaan Islam masuk Indonesia melalui
para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat (India), dan Cina.
Agama Islam berkembang dengan pesat di tanah air. Hal ini dapat dilihat dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam dan peninggalan-peninggalan sejarah Islam di
Indonesia. Agama dan kebudayaan Islam mewariskan banyak sekali peninggalan
sejarah. Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam antara lain masjid,
kaligrafi, karya sastra, dan tradisi keagamaan. Berikut ini akan dibahas satu
per satu peninggalan sejarah Islam di Indonesia.
I. Hikmah
Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah
memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang
khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil
hikmah, diantaranya sebagai berikut:
1. Islam membawa ajaran yang berisi
kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
Daftar Pustaka
BalasHapusRiawati, Dhevi, Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
http://www.scribd.com/doc/42724944/Makalah-Sejarah-Masuknya-Islam
Mujahid, Abu, Menyelisik Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia.
http://kaahil.wordpress.com/2012/10/08/bagus-teori-makalah-bukti-sejarah-proses-masuknya-islam-ke-nusantara-indonesia-benarkah-islam-dibawa-pedagang-gujaratarab/
Gunawan Misbah, Masuknya Islam Ke Indonesia_Islam In Indonesia.
http://www.slideboom.com/presentations/513841/MASUKNYA-ISLAM-KE-INDONESIA_ISLAM-IN-INDONESIA
http://adinurahman.blogspot.com/2013/04/makalah-sejarah-masuknya-islam-ke.html