1. Kebudayaan
India
Budaya berasal dari kata Sansekerta yaitu “buddhayah” atau “buddhi”
yang berarti akal. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan akal. Dan melalui akalnya manusia memiliki hasil karya yang senantiasa
berkembang mengikuti perkembangan kehidupan manusia itu sendiri.
Kebudayaan India tidak
terlepas dari pengaruh agama Hindu-Budha yang berkembang di lembah sungai
Indus, India. Sekitar 2000 tahun SM mulai berkembang agama Hindu dan beberapa
waktu kemudian di India pula lahir budaya dan agama Budha.
Dalam kebudayaan Hindu terjadi perpaduan antara budaya Arya (kepercayaan
untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme) ), budaya Dravida (memuja roh nenek moyang), dan budaya Munda ag (kasta-kasta). Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan
yang disebut dengan Pancasradha yang juga ikut
mempengaruhi budaya yang ada di India. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan
tersebut, yakni:
Sedangkan agama
Budha lahir sebagai reaksi terhadap dominasi
golongan Brahmana dalam ritual keagamaan. Sejarah agama Buddha juga ditandai
dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang
utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada
, Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana).
Dengan pengaruh dari agama
Hindu-Budha tersebut kebudayaan masyarakat India terus mengalami perkembangan
dan kemajuan seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan, terutama dalam
bidang kesenian yang melahirkan kuil-kuil megah dan kitab-kitab yang memiliki
nilai sastra tinggi seperti Mahabharata dan Ramayana. Dari
India inilah kemudian kebudayaan Hindu-Budha menyebar ke berbagai tempat, salah
satunya Indonesia.
2. Awal Masuknya
kebudayaan India (Hindu-Budha) ke Indonesia.
Letak wilayah Indonesia yang strategis dan merupakan daerah
penghasil rempah-rempah membuat indonesia sering di kunjungi oleh
bangsa-bangsa lain untuk melakukan perdagangan, salah satunya India. Bangsa India yang tadinya ke Indonesia hanya bermaksud untuk berdagang ternyata membawa
misi untuk menyebarkan agama.
Sambil menunggu angin musim yang baik, para pedagang India tersebut melakukan interaksi dengan penduduk setempat, selain menjalin
hubungan dagang, para pedagang India membawa ajaran agama beserta kebudayaannya sehingga
semakin lama ajaran dan kebudayaan mereka berpengaruh terhadap penduduk
setempat. Sejak itulah sedikit demi sedikit pengaruh luar mulai masuk ke
wilayah Indonesia dan terus berkembang sampai sekarang ini.
2.1 Masuknya Kebudayaan Hindu ke Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu di
Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Berikut merupakan teori-terori
masuknya kebudayaan Hindu ke Indonesia :
1. Teori Brahmana
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke
Indonesia dibawa oleh para kaum brahmana. Para brahmana mendapat undangan dari
penguasa di Nusantara untuk mengajarkan agama kepada raja dan memimpin
upacara-upacara keagamaan.
Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah
J.C. Van Leur. Ia perpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia di bawa oleh
kaum brahmana, karena hanya kaum brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti
isi kitab suci Weda. Pendapatnya ini juga berdasarkan pada pengamatannya
terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di
Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta
dan huruf Pallawa,dimana bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa itu hanya
dimengerti oleh para brahmana.
2. Teori Ksatria
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke
Indonesia dibawa oleh para kaum Ksatria atau para prajurit. Tokoh yang
mengemukakan pendapat tersebut adalah F.D.K. Bosch. Menurut Teori
ksatria, jaman dulu di India sering terjadi perang. Kemudian para prajurit yang
kalah banyak yang pergi meninggalkan India. Banyak diantara mereka pergi ke
wilayah nusantara. Mereka inilah yang kemudian menyebarkan agama dan kebudayaan
hindu di wilayah nusantara.
3. Teori Waisya
Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke
Indonesia di bawa oleh para pedagang India yang berdagang di Indonesia dan
kemudian mengajarkan ajaran agama Hindu kependuduk setempat. Tokoh yang
mengemukakan pendapat tersebut adalah N.J. Krom. Menurut NJ. Krom, proses
terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena adanya hubungan
perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang ke Indonesia sebagian besar
adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadi pada saat itu menggunakan jalur
laut dan teknologi perkapalan yang masih banyak tergantung pada angin musim.
Hal ini mengakibatkan dalam proses tersebut, para
pedagang India harus menetap dalam kurun waktu tertentu sampai datangnya angin
musim yang memungkinkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Selama mereka
menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi.
Mulai dari sini pengaruh kebudayaan Hindu menyebar dan menyerap dalam kehidupan
masyarakat Indonesia.
4. Teori Sudra
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke
Indonesia dibawa oleh para kaum sudra,dalam hal ini adalah kaum-kaum terbawah.
Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Von Van Faber. Von Van Faber
ini menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh
orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai
orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke
Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya.
5. Teori Arus Balik
Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke
Indonesia dibawa oleh para pelajar (orang Indonesia) yang belajar atau
mendalami agama Hindu di India kemudian setelah mereka menempuh pendidikan. Lalu mereka pulang dan mengajarkan (menyebarluaskan) ajaran Hindu kepada
penduduk setempat.
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia
mengemukakan peranan bangsa Indonesia sendiri dalam penyebaran dan
pengembangan agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan
oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India, di
Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal dengan sangha.
Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis.
Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India. Sekembalinya
ke Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut. Hal ini bisa
diliat dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak keindonesiaan.
2.2
Masuknya Kebudayaan Budha ke Indonesia
Informasi paling tua tentang keberadaan Buddhisme di
Indonesia yang pada waktu itu belum begitu meluas juga didapat dari pengelana
China bernama Fa Hsien (+/-337 – 422 M),
yang sekembalinya dari Ceylon (Sri Lanka) ke China pada tahun 414 Masehi
terpaksa mendarat di negeri yang bernama Ye-Po-Ti
karena kapalnya rusak. Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa atau Sumatera. Ia menemukan banyak
orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme. Namun demikian,
sepertinya kondisi mulai berubah sesudah abad kelima kerena penyebaran agama Budha yang dilakukan Fa Hsien.
3. Proses Berkembangnya Kebudayaan India di Indonesia
3.1 Berkembangnya Kebudayaan Hindu
Perkembangan kebudayaan Hindu di Indonesia
dimulai sejak ratusan tahun lalu. Perkembangan kebudayaan Hindu di Indonesia dimulai
dengan lahirnya kerajaan-kerajaan Hindu. dimulai dari Kerajaan Kutai pada abad ke-4. Kemudian Kerajaan Tarumanagara
(358–669), Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11), Sailendra (abad ke-8 sampai
ke-9) Kerajaan Medang (752–1045), Kerajaan Sunda (932–1579), Kerajaan Kediri
(1045–1221), Kerajaan Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14), Kerajaan
Singhasari (1222–1292), Kerajaan Majapahit (1293–1500), hingga Kerajaan
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15).
Sejarah panjang tersebut tentu saja memberikan
pengaruh yang besar bagi perkembangan agama Hindu di
Indonesia. Hingga saat ini, Bali merupakan pusat masyarakat beragama Hindu yang sangat terkenal hingga ke mancanegara. Keunikan budaya yang
sangat erat dengan nuansa Hindu ini tetap lestari hingga saat ini dan menjadi
salah satu aset parwisata andalan Indonesia.
Selain itu, berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut juga
telah meninggalkan jejak sejarah yang masih bisa dilihat hingga saat ini.
Bahkan, beberapa di antaranya menjadi wisata sejarah yang sangat menarik untuk
disaksikan. Candi-candi yang ada di Indonesia merupakan bentuk warisan sejarah Hindu yang merupakan bukti berdirinya kejayaan Hindu di Indonesia.
Memang, sejarah panjang perkembangan agama Hindu di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah, budaya, dan
pariwisata Indonesia. Bahkan, budaya Jawapun memiliki kaitan erat dengan
sejarah kerajaan Hindu yang pernah berjaya. Beberapa nama-nama raja dan kerajaan,
seperti Airlangga, Udayana, dan Brawijaya menjadi nama universitas terkemuka di
Indonesia.
3.2 Perkembangan Kebudayaan Budha
Proses berkembangnya agama
Budha juga dimulai dengan lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Budha. Salah
satu kerajaan Budha terbesar di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya yang
merupakan masa keemasan agama Budha. Bahkan Sriwijaya menjadi salah satu pusat pengembangan agama Buddha di Asia Tenggara. Hal
ini terlihat pada catatan seorang sarjana dari China bernama I-Tsing yang
melakukan perjalanan ke India dan Nusantara serta mencatat perkembangan agama
Buddha disana. Biarawan Buddha lainnya yang mengunjungi Indonesia adalah Atisa,
Dharmapala, seorang profesor dari Nalanda, dan Vajrabodhi, seorang penganut
agama Buddha yang berasal dari India Selatan
Pada mulanya hubungan antara Indonesia dengan India dalam bentuk hubungan
dagang. Hubungan ini kemudian berkembang menjadi hubungan agama dan budaya.
Proses masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia tidaklah berasal dari satu
tempat atau daerah di Indonesia. Kita tidak mengetahui secara pasti agama mana
yang mula-mula datang ke Indonesia. Tetapi pada masa sekitar permulaan tarikh
masehi di Indonesia telah dikenal agama Hindu dan Budha. Pada mulanya agama
Hindu yang berkembang dan mempunyai banyak pengikut di Indonesia. Sebenarnya
agama Budha juga sudah masuk namun belum berkembang. Hal ini terbukti dari
agama yang dipeluk oleh raja Mulawarman dari Kutai dan raja Purnawarman dari
Tarumanegara, yakni agama Hindu.
Seorang pengembara Cina bernama Fa-shien menyebutkan bahwa agama Budha di
Ye-po-ti (Pulau Jawa) tidak banyak. Pada tahun 414 Masehi, Fa-shien datang ke
Pulau Jawa karena perahu yang ditumpanginya dari India mengalami kerusakan. Ia
kemudian tinggal menetap untuk beberapa waktu di Indonesia. Dia mempelajari
kehidupan bangsa Indonesia ketika itu dan mencatatnya. Disebutkannya bahwa
kehidupan pemeluk agama Hindu dan Budha telah dapat hidup berdampingan secara
damai. Setelah hidup berdampingan selama berabad-abad terjadilah sinkretisme
(perpaduan) antara kedua agama tersebut. Hasil sinkretisme ini kemudian
menumbuhkan suatu aliran baru yang disebut Siwa-Budha. Agama ini berkembang
pesat pada abad ke-13 Masehi. Penganut aliran agama ini, antara lain raja
Kertanegara dan Adityawarman. Meskipun unsur budaya India mempengaruhi budaya
Indonesia, tetapi budaya Indonesia tidak kehilangan kepribadiannya. Dalam
perkembangannya, pengaruh itu mewujudkan budaya Indonesia baru yang coraknya
masih terlihat sampai sekarang. Orang India menyebarkan kebudayaannya melalui
hasil karya sastra, yang berbahasa Sansekerta dan Tamil yang berkembang di
wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutama pada
daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut. Awalnya hanya sebagai
tempat persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan
perdagangan sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang,
termasuk pedagang India.
Hal ini
menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan
masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang akhirnya
memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang
mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dsb.
Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya pra
sejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu
jalur maritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut
kemudian lebih dikenal dengan jalur Sutera. Bukti arkeologisnya ditemukan
manik-manik berbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf
Brahmi.
Kebudayan Indonesia pada zaman kuno mempunyai fungsi strategis dalam jalur
perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Hubungan
perdagangan Indonesia-India jauh lebih awal jika dibandingkan dengan hubungan
Indonesia-Cina. Dimana hubungan perdagangan Indonesia India telah terjalin
sejak awal abad 1 M. Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi
proses penyebaran kebudayaan.
Ø Penyebaran budaya India tersebut menyebabkan:
a. Tersebarnya agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
b. Dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan
c. Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang
menandai masuknya zaman sejarah bagi masyarakat kepulauan Indonesia
d. Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada
kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan
tulisan.
Kebudayaan India yang memegang peranan penting dalam
perkembangan masyarakat prasejarah menjadi masyarakat sejarah.
Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia antara
lain terlihat dalam bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya India di
Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini
dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa
Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan
pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam
kebudayaan Indonesia tampak pada:
Ø Seni Bangunan
a. Akulturasi dalam seni bangunan
tampak pada bentuk bangunan candi.
b. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa
dengan bentuk stupa.
c. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat
pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu
jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang
raja.
Contohnya:
1. Candi Kidal (di Malang),
merupakan tempat Anusapati di perabukan.
2. Candi
Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
3. Candi Singosari (di Malang) merupakan
tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya
didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang
dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi
pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan
candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan
tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada
bangunan candi Borobudur.
Ø Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni
rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan
pada bagian dinding candi.
Sebagai contoh: relief yang
dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha
tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia.
Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang
menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
Ø Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada
hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan
hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang, cincin,
manik-manik.
Ø Aksara/tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis
yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia
telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang
telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf
Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang
dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti
tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti
Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.
Ø Kesusastraan
Setelah kebudayaan tulis seni
sastrapun mulai berkembang dengan pesat.
Seni sastra
berbentuk prosa dan tembang (puisi).
Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada
irama dari India.
Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab
keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta
kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan
serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah
Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga
Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh.
Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan
Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa).
Pertunjukkan wayang banyak
mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari
India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh
pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk,
dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan
di India.
2.
Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia
telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam
pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat
seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya
adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki
kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan
gaib atau kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem
pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara
turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja
memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia,
raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar
sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja
sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.
3. Sosial
3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti
perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima
dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu
disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai
adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang
juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu
sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada
sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat
Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat
(mulai mengenal sistem kasta)
4. Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia,
masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh
nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan
berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur
kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur
dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di
Indonesia.
5.
Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat
dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat temukan sampai sekarang
dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting
yang menggunakan bahasa Sanskerta.
6.
Organisasi sosial kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam
bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
setelah masuknya pengaruh India. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang
bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan
prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak
mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada
waktu pengangkatan Wikramawardana.
7.
Sistem pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang
pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun
saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama
dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun
sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
8.
Teknologi
Salah satu wujud
akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan
Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan
candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India,
karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui
dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab
pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan
bangunan. Contoh candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan
kerajaan Mataram. Itu membuktikan
masyarakat telah memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
Daftar Pustaka
Zulkifli,
dkk. (2009). Konsep Dasar IPS. Pekanbaru:
Cendikia Insani.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/76185-mengenal-kerajaan-budha-indonesia.
http://www.wihara.com/forum/buddhayana/512-sejarah-perkembangan-agamabuddha.html
http://softskill13.blogspot.com/2010/06/pengaruh-kebudayaan-india-bagi-bangsa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar